Wanita Berkerudung Merah Jambu

Rabu, 27 Juli 2011 0 komentar


(Backsound : Beauty Is You - Abdul abd the coffee theory)

Awan menggantung teduh memayungi langkah kaki gontai dengan kresek putih bertuliskan Gramedia Toko Buku dijinjing tangan kanan. Tak biasanya, aku memutuskan untuk tidak memasuki gerai Toko Oen Ice Cream antik sebelah toko buku terbesar dan terlengkap. Mata ini seakan lebih tertarik dengan gerai baru di sebrang jalan yang jauh lebih modern dan nampaknya lebih ramai dengan anak-anak muda labil.

Tidak, saya bukan tipe Om om yang rela membelikan pulsa dua puluh ribu untuk mem-buaya-i abg labil itu. Niat saya hanya duduk dan menikmati secangkir kopi dengan lidah rasa muda-mudi. Melihat daftar menu yang terpampang di papan neon modern itu, mata pun segera terpercing. Tulisan yang menurut saya sedikit aneh, tertulis ice cappucino. Hmm.. sepanjang saya berkiprah di dunia perkopian meski belum lama, tak seharusnya cappucino dingin, sebab cappucino itu identik dengan secangkir kopi , susu dan foam lebay, dan untuk membuat foam yang lebay itu dibutuhkan kondisi air yang benar-benar panas. Jadi sebetulnya jika ingin dingin, harus mengurangi foam, dan ini yang biasa disebut dengan Latte. Untuk penjelasan perkemi (persatuan kemeruh Indonesia) di atas saya mohon koreksi jika salah. akhirnya, dengan curiosity yang tinggi, saya putuskan untuk mencoba memesan ice cappucino.

Saya duduk dengan menghadap dinding kaca pembatas tebal yang membuat udara air conditioner terperangkap dalam suhu yang stabil. Terlihat jelas lalu-lintas yang padat dengan mobil lalu-lalang menjadi hiburan tersendiri bagi saya. Seakan lama sekali tidak melihat jalanan padat, dan hingar-bingar kota Malang selalu menjadi obat galau yang paling mujarab. Kemudian saya mulai membuka isi tas kresek putih kecil yang sengaja saya bawa sebagai teman minum kopi. Ada tiga buku kala itu, Si Cacing dan Kotoran Kesayangannya karya Ajahn Brahm, 7 Keajaiban Rezeki Karya Ippho Santosa, dan Rasulullah is My Doctor karya dr. Jerry Grey. Tak banyak cakap saya mulai menelanjangi satu per satu buku tersebut dan menemukan intuisi untuk memulai membaca buku paling mahal terlebih dahulu, 7 Keajaiban Rezeki.

Isi dalam buku kurang lebih sekilas tentang nikmatnya berbakti kepada orang tua dan keluarga, serta nikmatnya sedekah bagi sesama, yang kemudian menjadi jalan bagi timbulnya kucuran rezeki barokah dari Allah SWT. Memecah penat dalam membaca, sesekali menyedot kopi susu dingin itu cukup ajaib. Hingga tak lama kemudian datanglah sesosok wanita berkerudung merah jambu dengan wajah polos tanpa make up, kusam untuk ukuran wanita normal. Kulitnya kuning kecoklatan, hitam untuk ukuran wanita normal. Tingginya boleh dibilang di bawah rata-rata air, pendek untuk ukuran wanita normal. Tapi senyum yang dilemparkan pada mbak-mbak penjaga toko KFC jauh melebihi manisnya senyuman wanita normal. Teduh, menenangkan.

Sama seperti saya, wanita itu hanya memesan minuman yang menurut dugaan saya secangkir hot machiato, sumpah ngarang abis. Wanita itu duduk, kemudian mulai membuka isi tas kresek putih kecil yang sengaja ia bawa sebagai teman minum kopi. Buku itu berjudul “Life Less Ordinary” dengan sampul dasar putih, dan gambar wanita duduk membaca buku. Wanita itu meminum kopi dengan brutal, seperti meminum sebotol coca cola dingin. Meneguknya dengan cepat, seakan esok hari tidak tercipta satubiji kopi pun di dunia ini. Memang bukan seperti wanita normal.

Sekitar sepuluh menit kemudian saya pun mulai bersiap pulang, menutup buku dan melirik wanita itu lagi. Ah.. ternyata dia juga ikut berkemas, memasukkan buku putih ke dalam tas dan bangkit dari kursi dengan bergegas. Namun dia kali ini menuju loket makanan, memesan beberapa makanan dan membuka dompet mengeluarkan beberapa lembar uang. Tatapan matanya yang sayu kembali menandakan bahwa dia seolah berada baik-baik saja di balik topeng tidak apa-apa.

Ahh.. sibuk memperhatikan wanita aneh itu, saya lupa untuk berkemas. Kembali saya memasukkan 3 buah buku tersebut ke dalam kresek putih, bangkit dari kursi dan menuju pintu keluar dinding kaca. Tak sengaja ketika membuka pintu, kembali diri ini berpapasan dengan wanita aneh berkerudung merah jambu itu. Sekali lirikan terlihat ia menggenggam kresek putih berisi spagheti dan ice cream. Dengan mental seorang pria sejati saya membukakan pintu dan mempersilahkan ia untuk melangkah keluar dulu, entah ini refleks seorang pria sok romantis atau seorang waitress, aah memang beda-beda tipis.

Ia berkisut mempersilahkan saya untuk maju duluan, aaah dasar wanita aneh, pekik pelan dalam hati. Kaki saya melenggang acuh meninggalkan wanita aneh berkerudung merah jambu. Terlihat di sebelah kanan, anak kecil kumal menawarkan roti kudapan berbungkus plastik kurang menarik. Kembali saya meneruskan langkah melewati anak kecil itu, berpura-pura tidak melihat, membuang jauh-jauh rasa ingin untuk membeli.

Beberapa langkah kemudian saya menoleh lagi ke arah anak tersebut. Dan saya masih tak percaya apa yang saya lihat. Tak sempat mata ini berkedip, merinding dari rambut hingga ujung kuku kaki, jantung berdegup lebih kencang, berdentang terang benderang. Wanita itu menyerahkan bungkusan spagheti dan ice cream kepada anak kecil penjual roti. Tak sepatah kata pun yang muncul dari bibirnya kecuali senyuman teduh yang entah mengapa terasa begitu nyaman dilihat. Sang anak seolah tak percaya, matanya berbinar nanar. Mungkin di dalam hatinya ia sedang berbicara dengan Tuhan meminta kebaikan untuk wanita berkerudung merah jambu itu.

Setelah seberkas senyuman itu menghiasi wajahnya, ia pun pergi meninggalkanku yang terdiam mematung. Seolah tertampar.


Kepada Wanita berkerudung merah jambu itu, siapapun nama anda, Terima kasih atas pelajaran berharga kala itu.. Semoga Allah selalu merahmati anda sekeluarga.. Amien

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Bravo | TNB