Sebuah film karya Hanung Bramantyo yang mengisahkan tentang keberagaman umat beragama di Indonesia.
Finally, akhirnya saya nonton bioskop lagi (terharu), alhamdulillah ada tugas ke Banjarmasin, sorak sorai bergembira terpekik dalam benak dan sukma. Dinas bagi saya itu liburan, sering-sering aja kalau bisa maah. Acara dinasnya hari Selasa, jadi saya memutuskan untuk berangkat ke Banjarmasin hari Sabtu (daripada hampa gak ada kerjaan di Sukamara). Menjelajah kota Banjarmasin dan Banjarbaru bersama Auditor Kotor, Ade “Tombol” Rakhmawan.
Well, seperti yang sudah-sudah, saya gak mau bahas tentang resensi film, sinopsisnya atau sinematografi dalam film itu, tapi hikmah yang bisa diambil setelah menonton film itu. Sebelum menonton itu film, saya sempat membuka sebuah link dari teman saya, yang membahas tentang pluralisme dalam film ini. Langsung capcus aja tentang satu per satu kekhawatiran mereka.
1. Film ini berpesan bahwa orang murtad itu biasa dan wajar
Seorang wanita single parent, yang gak mau dipoligami oleh suaminya,kemudian keluar dari agama islam. Pertama ngelihat tulisan ini emang terkesan kalo wanita itu salah. Kalau saya bilang sih wanita ini emang salah, jelas-jelas dia murtad. Akan tetapi masyarakat sekitar, ayah, ibu, suami, itu jauh lebih salah. Betapa bodohnya seorang ayah yang mendidik anaknya, gak menancapkan akar nilai-nilai akidah yang kuat sejak kecil. Betapa bodohnya masyarakat sekitar yang hanya mementingkan kehidupan pribadinya luput memikirkan tetangganya ada yang keluar dari islam. Betapa bodohnya seorang suami rela untuk menikah lagi dan membiarkan mantan istrinya jadi murtad. Semua itu digambarkan dengan jelas.
Satu lagi yang agak ngganjel di ati, jika ada orang yang keluar dari islam dan dikata-katain, dijauhin, niscaya semakin menjadi-jadi keyakinannya untuk keluar dari islam. Hatinya semakin keras, lukanya semakin dalam. Sebetulnya sistem di dalam islam sudah mengatur dengan rinci semua hal-hal tersebut. Seorang Muallaf (orang yang baru masuk islam) saja diberi bagian zakat untuk menguatkan keyakinannya. Selain itu ada beberapa pendapat yang membolehkan orang yang lemah imannya untuk diberikan zakat. Maka dalam pandangan saya , film tanda tanya mengungkapkan pesan bahwa orang murtad dimusuhi benar-benar oleh masyarakat tanpa berusaha untuk mengembalikan ke dia ke jalan yang benar. Padahal seharusnya tetap dirangkul dan beritahukanlah bahwa islam itu indah. Islam itu damai dan mendamaikan.
2. Film ini mencap islam sebagai agama pengebom, agama teroris
Ini salah satu pendapat yang bikin ngakak. Mana ada maksud sutradaranya kayak gitu. Saya juga bingung pendapat ini asalnya dari mana. Pemikiran masyarakat luas yang berkembang saat ini memang seperti itu, sang sutradara hanya merekam satu sisi potret kehidupan masyarakat saat ini. Sakit banget memang ketika orang lain bilang agama kita agama teroris, bagaimana kita memeranginya, berantem sama mereka? Ngatain balik agama mereka? Percuma juga kan.. jauh lebih baik jika kita diam dan tersenyum, seperti Nabi Muhammad yang diludahi setiap hari hingga si peludah itu terbaring sakit dan dijenguk oleh sang Nabi. Subhanallah.
3. Semua agama menuju Tuhan yang sama
Emang ada sih salah satu dialog yang bilang kalo sebenarnya Tuhan kita sama namun caranya aja yang berbeda, tapi saya lebih melihatnya ke arah seperti ini, Semua ajaran kita sama-sama ngajak damai kok, gak ada agama yang ngajarin kekerasan agama lain ke umatnya (kecuali Yahudi dengan zionisnya). Dan sering banget Surat Al-Kafiruun dibacain di film ini.
dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah, dan aku tidak menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak menyembah apa yang aku sembah, Bagimu Agamamu, Bagiku agamaku.
Selesai kan.. intinya Tuhan kita beda, silahkan anda beribadah, saya juga beribadah menurut keyakinan masing-masing. Mari kita hidup berdampingan, naah kalo gini kan aseek..
Ada dua quotes yang paling saya suka di film ini.
“Jika mau dihormati, hormati orang lain terlebih dahulu”
Ini manteb banget, satu kalimat yang menjawab banyak pertanyaan, satu kalimat yang bisa membawa setetes perdamaian.
“Terkadang saya berpikir kalo saya hidup ini Cuma numpang lewat aja, gak berguna buat orang lain”
Nah... ini nampar banget, saya baru saja sadar kalo selama 22 tahun hidup saya masih numpang lewat. Gak pernah berguna buat orang lain. Ya Allah berikan kekuatan pada hamba untuk memberikan manfaat seluas-luasnya bagi orang lain.
Cuma satu hal yang ngganjel di film ini, ketika seorang Banser nyelametin bom gereja, kenapa bomnya harus dipeluk, kenapa gak dibuang aja, kalo dibuang kan gak jadi mati tuh #tepokjidat
selesai.. wallahu a'lam..
gambar dicomot dari sini dan sini..
0 komentar:
Posting Komentar