Cahaya seorang wanita Sholihah

Minggu, 30 Januari 2011 5 komentar



(Back Sound: Sempurna- Andra and the backbone)

-Terinpirasi notes dari Arizcha HTS (Ampun KITSDA)-

Tulungagung, atau yang dalam bahasa Inggrisnya disebut Hugehelp ini agaknya memberikan sejuta warna dalam sepanjang tahun 2010. Ya.. sejuta warna, gak cukup ratusan atau ribuan warna…(Vo.. ojo lebay) baiklah singkat cerita, di sini saya akan bercerita tentang sebuah cahaya yang menerangi kantor tersebut.. Cahaya keikhlasan.. Cahaya seorang Ibu…
Sebut saja Mawar.. aduh jangan2.. kayak nama remaja korban kenistaan kaum pria..hmm.. baiklah mari kita namakan dengan Ibu “Khadijah”.
Sssst… serius..

Wanita ini lembut, dari kata per kata yang muncul dari lisannya, dari tatapan mata yang teduh dan menenangkan setiap yang melihatnya, dari senyum yang mengembang di sepasang bibirnya, dan dari hijab yang terpancang di sekujur tubuhnya.

Wanita ini keras, dari caranya menyelesaikan setiap beban tugas yang diembannya, dari caranya berpendapat tentang kesalahan sebuah sistem, dari caranya berjuang untuk membesarkan putra-putranya, dan dari caranya menyampaikan sebuah kebenaran.

Wanita ini sederhana, dari pakaian yang menutupi setiap jengkal auratnya, dari bahasa yang mudah dipahami oleh yang mendengarnya, dari keikhlasan mengerjakan segala apa yang seharusnya bukan menjadi tugasnya, dan dari caranya mencintai semua lapisan rekan kerjanya.

Wanita ini rumit, dari satu per satu ilmu yang disampaikan dalam setiapnya berbicara, dari satu per satu kemahirannya dalam menyelesaikan berbagai macam pekerjaan, dan dari satu per satu kegiatan sosial dan keagamaan yang dibina dan diikutinya.
___
“Vo.. Sibukkanlah dirimu dengan pekerjaan.. maka keburukan pun enggan menghampiri…”


Itulah kata-kata yang paling teringat dalam pikiran saya. Ketika orang lain mulai untuk membicarakan seseorang di kantor, beliau selalu menghindar, bahkan beliau pernah menolak ketika seseorang mengajaknya untuk mengobrol yang menjurus kepada hal tersebut.

Dalam bekerja tentunya beliau bukan termasuk tipe pendiam, obrolan-obrolan manis selalu terlontar dari setiap pekerjaan yang diselesaikan bersama Ibu yang satu ini. Satu hal yang pasti, Tidak pernah saya mendengar keluhan dari setiap beban kerja yang diembannya. Jika dibandingkan dengan pelaksana lain, beliau mengerjakan beban kerja 3 kali lipat dibandingkan pelaksana biasa. Inilah yang terkadang membuat saya malu untuk mengeluh lagi.

Keistimewaan ini tidak hanya kami para pegawai yang merasakannya, Para wajib pajak yang datang seakan selalu tersenyum, bahkan suatu ketika ada seseorang yang datang diliputi rasa amarah yang luar biasa, namun kembali dengan ucapan “Assalamu’alaykum” dan senyum simetris 3 cm kanan dan kiri. “Subhanallah” saya memekik pelan dalam hati menjerit. Mengagumi cara dalam detailnya menjelaskan dan dalam sederhananya di setiap perkataan.

Istimewanya lagi ketika dia berkelakar tentang kehidupannya bersama keluarga, sangat kuat tercium aroma cinta dan kekeluargaan. Salah satu prinsip beliau yang masih saya Ingat adalah

Vo..Pertemuan itu tidak bergantung pada kuantitasnya yang penting kualitasnya..”


Beliau memberikan yang terbaik kepada keluarganya, memasak setiap pagi, mendongeng di setiap malam, menemani putra-putranya belajar. Maka tak heran jika putra-putranya tergolong anak-anak yang cerdas di sekolahnya, bahkan salah satunya sekarang menempuh pendidikan sekolahnya di pesantren penghafal Al-Quran di Kuningan. Subhanallah…

Perempuan ini bukanlah tipe wanita rumahan yang jarang bergaul, lebih dari itu Beliau adalah seorang Ustadzah yang senantiasa memikirkan ummat, aktif dalam liqo’ dan menjadi narasumber di salah satu acara radio dan kegiatan sosial lainnya. Bagaimana beliau mengatur jadwalnya? Itulah yang saya kagumi, bahkan beliau sempat mengikuti program salah satu lembaga bimbingan belajar untuk orang tua agar ketika anak-anaknya bertanya tentang pelajar di sekolah, beliau mampu menjawab.

Tak ada habisnya memuji Ibu yang satu ini, beliau memang tidak cantik, namun ketulusan dalam hatinya memancar di setiap orang yang melihat, setiap kerutan di wajahnya seakan menandakan kebijaksanaan, memberikan arti sifat keibuan.

---

Terkadang, hati ini berkata dalam hati, Alangkah indahnya memiliki istri seperti beliau…
Namun setelah memandang cermin lamat-lamat, terulang kembali rekaman inchi demi inchi dosa yang telah saya lakukan,
teringat bagaimana lisan ini masih sering memekakkan gendang telinga,
teringat akan mata ini masih lebih suka Syahrini dibandingkan Oki KCB,
teringat akan hafalan juz amma yang dari dulu mentok di Al-Balad,
teringat semua tulisan-tulisan di twitter yang membuat memercingkan mata bagi yang membacanya..
Teringat akan tugas dari suami untuk tetap selalu menjaga keimanan istri dan anak-anaknya…

Masih perlu banyak belajar..

Masih jauh..

Ya.. Surga itu masih jauh…



-Selesai-

gambar diambil dari senyumpersaudaraan.blogspot.com dan blantaraimajinasi.wordpress.com

5 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Bravo | TNB