I'm Your Number One #1 Biggest Fans | #30HariMenulisSuratCinta

Kamis, 02 Februari 2012 0 komentar



Backsound: Rindu Kami Padamu : Bimbo

Dear My Prophet...
Long time no see... Eh, lebih tepatnya never seen before ya..

Jujur, ada semacam simpul yang tak terurai ketika membaca kisah saat engkau memberi sebuah pertanyaan kepada Umar Ibnu Al Khottob di suatu waktu..

“Manakah yang lebih engkau cintai wahai Ibnu Al Khottob? Aku atau keluargamu?”, Rasul berkata lembut.

“Aku mencintai keluargaku, anak dan istriku Ya Rosul..” Ia menjawab tegas.

“Cintailah aku melebihi Anak dan istrimu.”kembali Rosul berkata santun.

“Baiklah.. mulai saat ini, aku mencintai Engkau melebihi anak dan istriku.”Kembali ia menjawab tegas.

Ada beberapa hal yang membuat bingung di kepalaku Ya Rosul.. Apa cinta itu? bagaimana bisa seseorang Umar Bin Khottob bisa move on begitu saja? Dan apakah aku bisa mencintai seorang laki-laki? Yang bahkan tak pernah sekalipun aku melihat sosokmu? Bagaimana caraku mencintaimu?

Seperti benang kusut, semua itu mengendap kisut dalam isi kepalaku, sungguh tak pernah terpikirkan apa jawabnya bagaimana seharusnya..

Ketika aku bertanya apa itu cinta... aku lanjut bertemu sebuah persimpangan saat membedakan apakah cinta kata kerja? Ataukah kata benda?

Jika cinta kata kerja, maka dimanakah letak cinta? Seperti apakah wujud cinta? Apakah ia menguap? Menyublim? Membeku? Semua sifat-sifat itu tak bisa dipenuhi... Maka dengan tegas aku memutuskan cinta itu kata kerja.

Ketika aku menemukan cinta adalah kata kerja, bukankah berarti sama sifat kata dengan menulis, menangis? Mengikis? Merilis? Iya.. itu sama.. yang berarti ada saat-saat dimana kita tidak melakukan pekerjaan itu.. ada saat-saat dimana kita tak menulis.. ada saat-saat dimana kita tak cinta...

Tapi apakah aku bisa mencintai seorang laki-laki? Kembali benang ini sulit untuk terurai... perkataan “aku mencintai wanita” terus berulang-ulang hingga saat itu menghilang dan terbang. Aku membuka dompet dan kutemukan foto Papa.

Bagaimana aku mencintaimu ketika tak sekalipun mataku tampak sosok tubuhmu yang konon katanya engkau sangat berwibawa dan sangat dihormati. Wajahmu bersinar layak purnama. Tubuhmu lebih tinggi dari orang-orang pendek dan lebih pendek dari orang-orang jangkung. Kepalamu agak besar dengan rambut yang ikal dengan sisiran rapi, jika rambutmu tumbuh panjang, maka engkau tak akan membiarkannya melewati daun telingamu. Kulitmu putih dengan dahi yang lebar. Kedua alismu panjang dan lebat tapi tidak bertemu. Di antara kedua alismu ada pembuluh darah melintang yang tampak jelas ketika engkau marah hingga ada seberkas cahaya yang menyapu tubuhmu dari bawah ke atas, seakan-akan mengangkat tubuhmu. Cara bicaramu selalu tampak sendu, selalu merenung dalam dan tidak pernah tenang. Engkau banyak diamnya tak pernah berbicara yang tidak perlu. Engkau memulai dan menutup pembicaraannya dengan sangat fasih. Pembicaraannya singkat dan padat, tanpa kelebihan kata-kata dan tidak kekurangan rincian yang diperlukan. Tutur katamu lembut, tidak pernah kasar atau menyakitkan, selalu menganggap besar anugrah Tuhan betapa pun kecilnya. Dan tak pernah mengeluhkannya. Engkau juga tak pernah mengecam atau memuji-muji berlebihan apa pun yang kau makan.

Apakah ada celah untuk membencimu wahai Muhammad Rosul Allah?

Mataku membasah linang... Maafkan aku yang tak tau diri mempertanyakan sosokmu yang sempurna, tuturmu yang lembut dan lakumu yang berwibawa.

Wajahku memerah luka... betapa bodohnya aku mencoba menyangkal apa yang kau bawa, menertawakan keberadaanmu...

Bergetar seluruh badan... Maafkan aku yang mempertanyakan bagaimana aku mencintaimu ketika akhir hayatmu masih sempat memikirkanku... ummati.. ummatii.. ummatii...

Maafkan kebodohanku...

Mulai saat ini... ijinkan aku berucap... AKU MENCINTAIMU...

0 komentar:

Posting Komentar

 

©Copyright 2011 Bravo | TNB